Insan Kamil

Pusat Kajian Liqa Allah

INSAN KAMIL

 

Insan kamil atau manusia sempurna ialah manusia yang telah menjadikan Allah sebagai pengatur segala kehendak dan citanya, sehingga perbuatannya mencerminkan kehendak Allah. Contoh insan kamil yang paling sempurna adalah Nabi Muhammad saw.

Proses pendakian spiritual mencapai insan kamil melalui tiga tingkatan. Pertama dengan merenungkan nama-nama Allah. Kedua dengan menyerap sifat-sifat Allah (tanpa syari’at manusia tidak bisa menyerap sifat-sifat Allah dengan sempurna). Ketiga masuk dalam suasana wujud Yang Mutlak, tanpa kehilangan individualitasnya.

Proses perkembangan pribadi mencapai insan kamil juga ada tiga tingkat. Pertama test (pengujian-pelaksanaan) pada undang-undang (baca syari’at). Kedua, menguasai dan mengendalikan diri sendiri. Ketiga, menjadi khalifah Allah di muka bumi. Khalifah adalah orang yang telah bisa menyerap dan menumbuhkan sifat-sifat Allah dalam dirinya, sehingga aktifitasnya merupakan pelaksanaan kehendak Allah di muka bumi.

Hal-hal yang memperkuat pribadi menurut Iqbal adalah: Pertama ‘Isyq atau cinta, yaitu cinta kepada Allah. Cinta ialah mengarahkan segala kesanggupan, sifat, dan fitrat kepada yang dikasihi agar memperoleh keridhaan-Nya. Kedua faqr, yaitu sikap tidak puas dengan dunia dan hanya bisa dipuaskan dengan penciptanya. Ketiga keberanian, yaitu sikap tunduk penuh kepada Allah dan tidak takut kepada yang selain Allah. Keempat toleransi, yaitu menghormati diri sendiri dan orang lain. Kelima kasb-i-halal, yaitu amal perbuatan dan pikiran yang selaras dengan kehendak Allah. Keenam mengerjakan ciptaan yang kreatif dan asli, yaitu dengan menumbuhkan sifat-sifat Allah dalam dirinya, manusia bisa mengerjakan ciptaan yang kreatif dan asli.

Pengaruh yang melemahkan pribadi adalah: Pertama takut, yaitu takut kepada yang selain Allah. Takut yang demikian bisa menimbulkan rasa keluh- kesah, gelisah, khawatir, cemas, bingung, malu (minder), cemburu, prasangka buruk, dengki, dendam, benci, marah, permusuhan, dan seterusnya. Kedua su’al (minta-minta), yaitu bergantung dan bersandar kepada yang selain Allah yang tidak punya daya kekuatan untuk mendatangkan kebaikan dan menolak kejahatan. Ingatlah “Laa Haula wa Laa Quwwata Illa Biulllaahil ‘Aliyyil ‘Adziim”. Ketiga perbudakan, penindasan dan eksploitasi. Siapa pun yang melakukan keduanya, baik secara individual maupun secara kelompok, pasti merusak pribadinya sendiri maupun masyarakat. Keempat sombong, yaitu penyakit hati, ruhani, jiwa, dan batin yang paling berbahaya. Lebih dari itu, kesombongan juga merupakan sumber dari segala penyakit. Hanya karena sombong, manusia menjadi mudah marah, benci, dendam, mengancam, menyerang, menghancurkan, dan seterusnya.

Menurut Iqbal, insan kamil haruslah bekerjasama serapat-rapatnya dengan pribadi yang lain untuk mewujudkan “Kerajaan Ilahi” di dunia ini. Dengan demikian nyatalah bahwa seorang pribadi itu bagaimana pun dia sempurnanya, tidaklah mungkin terlepas dari golongan kaum dan umat yang disertainya. Malah sebaliknya, kegiatan seorang pribadi bagi kepentingan sosial amatlah bermanfaat bagi insan kamil itu sendiri, karena tidak akan dapat diwujudkan setinggi-tinggi kesanggupan dan potensinya melainkan dengan mewujudkan dirinya dalam suatu tujuan sosial. Jadi seorang pribadi itu seharusnya hidup dan bekerja dalam suatu masyarakat.

Kesimpulannya, manusia yang telah bisa mengetahui, mengenal, menyerap, menumbuhkan dan menjelmakan sifat-sifat Allah dalam aktifitas hidupnya, maka secara otomatis dengan sendirinya ia pun telah mencapai tingkat insan kamil, manusia sempurna, mardi khuda, insan penaka Tuhan, sahabat Tuhan, dan kekasih Allah. Ketika itu, secara individual pribadinya semakin sempurna, dan secara sosial memberikan pencerahan hati, batin, jiwa, dan ruhani, masyarakatnya.  (Lihat Muhammad Iqbal: The Reconstruction dan Asrar-i-Khudi (Rahasi-rahasia Pribadi).

Leave a Reply

avatar
  Subscribe  
Notify of