BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM
PUSAT KAJIAN LIQA’ ALLAH
(PKLA)
I. DASAR PEMIKIRAN
- Wujud Allah itu nyata, bahkan tidak ada yang lebih nyata dari wujud Allah. Karena bagaimana mungkin wujud alam semesta sebagai ciptaan-Nya itu nyata, sedangkan wujud Allah sebagai pencipta alam semesta tidak nyata.
Sungguhpun begitu, pada umumnya kebanyakan orang menganggap wujud Allah itu tidak nyata, sehingga mereka beranggapan bahwa wujud Allah itu tidak bisa diketahui, tidak bisa dikenal, tidak bisa didekati, tidak bisa dilihat, tidak bisa ditemui, tidak bisa diajak bicara, tidak bisa dihubungi, dan seterusnya.
Akibatnya, manusia mudah melupakan Allah, tidak mau tahu Allah, mengabaikan Allah, tidak peduli dengan Allah, meninggalkan Allah dalam aktifitas hidupnya, padahal dalam kenyataan yang sebenarnya, manusia itu tidak pernah bisa terpisah dari Allah, dalam arti tidak pernah bisa hidup, bergerak, dan beraktifitas tanpa kekuatan Allah.
- Rasulullah bersabda “An-Naasu niyamun fa idza mattu intabahu” (Manusia itu sesungguhnya tertidur, apabila mati barulah mereka terbangun). Dalam tidurnya, manusia bermimpi melihat alam bendawi sebagai kenyataan yang sebenarnya. Setelah bangun tidur, manusia menyadari bahwa apa yang dilihatnya secara indrawi dalam mimpinya itu bukanlah kenyataan yang sesungguhnya.
Dalam mimpinya, manusia melihat benda-benda dan peristiwa sebagai kenyataan yang sesungguhnya. Setelah bangun dari tidurnya, manusia menyadari, bahwa benda-benda-benda dan peristiwa yang dilihat dalam mimpinya itu bukan kenyataan yang sebenarnya. Dalam mimpinya, manusia bisa merasakan suka duka yang tidak ada kenyataannya. Maka pasti sia-sia dan tidak ada gunanya mengubah kenyatan dalam mimpi.
Oleh sebab itu, yang diubah bukan mimpinya, tetapi manusia harus dibangunkan dari tidurnya, agar ia bisa menyaksikan kenyataan yang sebenarnya, dan agar tidak hanya berkutat dalam mimpi yang hanya menyaksikan kenyataan yang tidak sebenarnya.
- Dunia yang kita lihat secara fisik itu bukanlah dunia nyata. Dunia yang kita lihat secara fisik itu hanya ilusi, karena hanya di dasarkan pada kebiasaan, dan tidak disarkan pada kenyataan yang sebenarnya.
Dalam kenyataan yang sebenarnya, alam dan manusia itu tidak pernah bisa terpisah dengan kekuatan Allah. Sedangkan dalam kebiasaan manusia tidak melihat hubungan alam dan manusia dengan Allah, yaitu dengan kekuatan-Nya, sehingga manusia tidak merasa hidup, bergerak, dan beraktifitas dengan kekuatan Allah.
Manusia yang menyadari kenyataan yang sebenarnya, yaitu ketergantungannya secara total pada kekuatan Allah, pasti bisa merasakan kekuatan Allah, bimbingan Allah, pertolongan Allah, dan perlindungan Allah.
- Kita bisa memahami adanya kekuatan Allah yang tak terbatas dan tak terbagi. Kekuatan Allah yang tak terbatas dan tak terbagi itu memenuhi diri manusia, memenuhi jiwa raga manusia, dan memenuhi alam semesta.
Dengan kata lain kita bisa mengatakan bahwa alam semesta dan segala isinya itu merupakan penampakan kehendak, pengetahuan, dan kekuatan Allah.
Jadi, Allah hadir dan menampakkan diri-Nya melalui ciptaan-Nya, yaitu alam semesta dan segala isinya.
- Allah memberitahu kita, bahwa “Melupakan Allah itu menyebabkan manusia lupa diri” (QS. 59:19). Lupa diri bisa berarti tidak sadar, dalam keadaan mabuk, atau pingsan.
Dalam keadaan lupa diri, manusia tidak melihat kenyataan yang sebenarnya, dia hanya melihat kenyataan yang tidak sebenarnya. Dia hanya melihat bayang-bayang, dan tidak melihat pemilik bayang-bayang. Dia hanya melihat ciptaan, dan tidak melihat Sang Pencipta.
Ketika lupa diri, manusia tidak ingat lagi asal-usulnya, dasar wujudnya, sumber kekuatannya, tempat bergantungnya, dan tempat kembalinya, sehingga jiwanya menjadi labil dan tidak stabil. Jiwanya menjadi lemah, mudah goyah, dan juga dengan mudah dikuasai dan dikendalikan oleh musuhnya yang sangat berbahaya yaitu nafsu dan setan.
Itulah sebabnya Allah mengirimkan para Malaikat, Kitab Suci, para Rasul, dan Nabi-Nya, agar manusia bisa mengetahui, mengenal, dekat, bertemu Allah, dan mencintai, dicintai, dan menjadi kekasih Allah. Agar manusia bisa menghubungkan dirinya dengan Allah, agar manusia bisa berhubungan dengan Allah, agar manusia bisa menjalin hubungan pribadi dengan Allah, agar manusia bisa berkomunikasi dengan Allah, dan agar manusia bisa bekerjasama dengan Allah.
Dengan demikian, jelaslah bahwa pemahaman yang mendalam tentang Allah dengan segala konsekuensinya itu merupakan keharusan yang niscaya dan tak terlakkan bagi manusia. Untuk itu, pasti sudah sangat mendesak harus dilakukan upaya-upaya yang konstruktif, terencana, dan berkelanjutan.
Dalam rangka itu semua, program kajian Liqa’ Allah bisa menjadi pilihan terbaik untuk penguatan iman dan pemantapan aqidah, juga dalam rangka peningkatan kualitas keberagamaan, dan pengalaman keagamaan kita.
II. NAMA
PUSAT KAJIAN LIQA’ ALLAH (PKLA)
III. VISI
Terwujudnya masyarakat yang bisa menjalin hubungan pribadi dengan Allah Sang Pencipta alam semesta, dengan cara bertauhid, bertakwa, bertawakal, dan berakhalak mulia.*
IV. MISI
- Memberikan penjelasan tentang Realitas yang sebenarnya, supaya manusia bisa mengetahui Realitas yang sebenarnya, agar tidak tertipu oleh realitas yang tidak sebenarnya, yang semu, dan yang palsu.
- Memberikan kejelasan tentang Allah itu apa? Allah itu siapa? Allah itu di mana? Apa hubungan Allah dengan alam semesta dan segala isinya termasuk manusia? Apakah makna keberadaan manusia di tengah-tengah alam semesta? Dan bagaimana nasib terkhir manusia?
- Mengenalkan, mendekatkan, dan mempertemukan manusia dengan Allah, agar manusia berada dalam petunjuk, pertolongan, dan perlindungan Allah, bisa mencintai Allah, dicintai Allah, dan menjadi kekasih Allah.
_______________________________________________________________________________________________________________
*Untuk bisa menjalin hubungan pribadi dengan Allah, manusia harus tahu, kenal, dekat, bertemu, dan mencintai Allah. Menjalin hubungan pribadi dengan Allah bisa dilakukan dengan cara bertauhid, bertakwa, bertawakal dan berakhlak mulia. Ada tiga macam cara bertauhid. Pertama, bertauhid Uluhiyah, yaitu memahami, meyakini, dan merasakan bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang sebenarnya, yang dinyatakan dengan kalimah tauhid, “Laa Ilaaha Illallah” (Tidak Tuhan kecuali Allah). Kedua bertauhid Rububiyah, yaitu memahami, meyakini, menyadari, merasakan, dan mengalami bahwa Allah adalah satu-satunya Pencipta, Pemilik, Penguasa, Pengatur, Penjaga, dan pemelihara alam semesta dan segala isinya. Ketiga, bertauhid Ubudiyah yang merupakan konsekuensi logis dari bertauhid Uluhiyah dan Rububiyah, yaitu meyakini dan menerima sepenuhnya bahwa Allah adalah satu-satunya yang paling berhak disembah dengan cara tunduk, menyerah, taat, dan patuh mengikuti petunjuk-Nya dan melaksanakan perintah-Nya. Menjalin hubungan pribadi dengan bertakwa dilakukan dengan mengikuti petunjuk-Nya, melaksanakan perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya. Menjalin hubungan pribadi dengan bertawakal adalah dengan bersandar sepenuhnya pada kehendak, kekuatan, dan ilmu Allah, atau petunjuk, pertolongan, dan perlindungan Allah. Menjalin hubungan pribadi dengan berakhlak mulia berarti berpikir dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah, atau petunjuk dan perintah Allah. Kehendak, petunjuk, dan perintah Allah bisa diketahui manusia dengan akal dan hati, baik secara tidak langsung maupun langsung. Yang tidak langsung melalui para Malaikat, Kitab Suci, Rasul, dan Nabi, sedangkan cara langsung melalui hidayah dan ilham (untuk manusia pada umumnya), dan wahyu (khusus untuk Nabi dan Rasul). - Menghubungkan manusia dengan Allah, agar manusia bisa berhubungan langsung dengan Allah, menghubungkan dirinya dengan Allah, dan menjalin hubungan pribadi dengan Allah, baik melalui tauhid, takwa, maupun tawakal.
- Mengungkapkan bukti-bukti Qur’ani, teologis, filosofis, sufistik, dan ilmiah bahwa manusia itu bisa mengenal Allah, dekat dengan Allah, menyaksikan Allah, dan bertemu Allah di dunia ini.
- Menyadarkan manusia bahwa ia mempunyai potensi yang bisa dikembangkan sampai tak terbatas yang berupa akal dan hati. Dengan akal dan hatinya yang dilengkapi dengan petunjuk Allah yang berupa wahyu (al-Qur’an) dan ilham, maka pemahaman dan pengalaman manusia tentang wujud Allah bisa diperdalam dan ditingkatkan sampai tidak terbatas.
V. TUJUAN
- Tujuan Operasional
Tujuan operasional Pusat Kajian Liqa’ Allah adalah untuk mengingatkan dan menyadarkan manusia akan manfaat dan pentingnya mengenal, menyaksikan, dan bertemu Allah di dunia ini, agar manusia bisa merasakan dan mengalami kegunaan dan manfaat mengikuti dan melaksanakan perintah Allah, serta bisa dengan senang hati dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai hamba Allah, serta dalam mengemban tanggungjawabnya sebagai khalifah (wakil Allah di muka bumi)
2. Tujuan yang ingin dihasilkan
Tujuan yang ingin dihasilkan adalah lahirnya pribadi-pribadi unggulan berakhlak mulia yang professional sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing, serta memiliki basis pemahaman dan pengalaman keagamaan yang paripurna, sehingga mampu mengatasi dan memecahkan problem pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, negara, dan umat manusia, sesuai dengan petunjuk Allah, agar mendapatkan ridha Allah.
VI. TARGET
- Tersedianya forum berbagi pemahaman dan pengalaman keagamaan dalam rangka memperdalam dan meningkatkan pengalaman keagamaan, agar pemahaman dan pengalaman keagamaan itu juga bermanfaat dalam kehidupan praktis sehari-hari, untuk mencapai sukses baik dalam urusan dunia maupun akhirat.
- Tersedianya forum pergulatan intelektual dan spiritual yang memungkinkan setiap orang untuk bisa mengungkapkan pemahaman dan pengalaman keagmaannya dengan bebas dan bertanggungjawab, baik secara ilmiah, filosofis, sufistik, maupun teologis.
- Terselenggaranya program kajian intensif yang bisa menghasilkan para professional yang ahli dalam bidangnya masing-masing.
- Terbentuknya forum komunikasi antar professional dari berbagai disiplin ilmu, agar prestasi kerja bisa optimal.
- Terjalinnya kerjasama para pakar dalam rangka memajukan dan meningkatkan kualitas kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, negara, dan umat manusia.
- Terwujudnya kerjasaman yang saling menguntungkan antar lembaga pemerintah maupun swasta, dalam dan luar negeri.
VII. PROGRAM
- Menyelenggarakan Program Pendalaman Pemahaman dan Peningkatan Pengalaman Keagamaan (P5K), dengan metode praktis liqa’Allah (cara mudah bisa tahu, kenal, dekat, bertemu Allah, mencintai Allah, dicicintai Allah, dan menjadi kekasih Allah). Program ini bisa diselenggarakan sebulan sekali, setiap minggu, atau sesuai dengan kebutuhan. Program ini dilanjutkan dengan mudzakarah (pendalaman) yang hanya bisa diikuti alumni (P5K). Program mudzakarah (pendalaman) diselenggarakan secara berkelanjutan dan terus menerus. (Secara teknis operasinalnya program ini bisa dibahas secara rinci oleh tim khusus yang dibentuk untuk melaksanakannya).
- Menyelenggarakan kajian intensif bagi para instruktur dan trainer
- Menyediakan forum berbagi pengalaman bagi para instruktur dan trainer
- Menyelenggarakan studi tokoh atau literatur terpilih
- Merintis kerjasama dengan para pihak terkait, swasta, pemerintah, dalam, dan luar negeri.
- Dan lain-lainnya (program bisa terus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan para pihak yang memerlukannya).
VIII. PENYELENGGARA
Penyelenggara program kajian Liqa’ Allah adalah kerjasama dengan pihak-pihak terkait, yayasan, organesasi, atau lembaga, baik swasta maupun pemerintah, dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
IX. PELAKSANA KEGIATAN
Pelaksana kegiatan bisa dibentuk lembaga, organesasi, kepengurusan, panitia, tim kerja, atau lainnya sesuai dengan kebutuhan dan kesepakatan bersama.
X. ANGGRAN BIAYA
Anggaran biaya disusun kemudian secara tersendiri sesuai dengan keperluan dan jenis kegiatannya.
XI. CATATAN TAMBAHAN
Hal-hal yang belum disebutkan dalam draf proposal ini akan dibicarakan kemudian sesuai dengan keperluan dan kesepakatan bersama.
Demikianlah draf proposal ini disusun, sebagai bahan kajian lebih lanjut agar bisa diwujudnyatakan secara praktis operasional. Untuk itu, kritik, saran, dan sumbang-saran semua pihak sangat diharapkan, agar cita-cita itu bisa menjadi kenyataan yang bermanfaat bagi masyarakat Indonesia khususnya, dan umat manusia pada umumnya. Aamiin, Yaa Rabbal ‘Aalamiin.
Jakarta, 23-4-2008
Penyusun
Hamdani